Diary Kocak: Kisah Mandi Malam dan Sabun yang Licin
Dear diary,
Malam ini aku ingin menuliskan satu pengalaman konyol, lucu, sekaligus memalukan, yang terjadi beberapa malam lalu. Kejadian ini sebenarnya terlalu receh untuk diceritakan, tapi justru karena terlalu receh, aku rasa ini harus diabadikan. Siapa tahu nanti bisa kutertawakan lagi ketika sudah tua, sambil duduk di kursi goyang dengan rambut ubanan, memeluk kucing bernama “Kiki”.
Ceritanya bermula dari niat baik: ingin mandi malam.
Iya, niat baik. Katanya mandi malam itu bikin masuk angin. Tapi aku sudah merasa kotor, lengket, dan gatal karena seharian kerja, ngedit, dan tidur-tiduran sambil makan keripik. Muka sudah kayak gorengan abang-abang: berminyak, bersaing dengan pisang molen.
🚿 Episode 1: Persiapan Mandi Penuh Semangat
Dengan semangat, aku membawa handuk dan peralatan mandi ke kamar mandi. Handuk digulung di leher, sabun batang kubawa dengan penuh semangat—entah kenapa aku lebih suka sabun batang daripada sabun cair. Lebih hemat, katanya. Lebih licin, kata kenyataannya.
Aku masuk, tutup pintu rapat-rapat, dan mulai menyiram badan dengan air dingin.
Ah, segar!
Aku ambil sabun, mulai menggosok lengan. Tapi seperti yang sudah diprediksi alam semesta… sabun itu licin. Terlalu licin. Dan meluncur seperti peseluncur es di Olimpiade musim dingin.
Sabunnya jatuh, membentur lantai kamar mandi, memantul... lalu tergelincir masuk ke lubang saluran air.
🤦♀️ Episode 2: Upaya Penyelamatan Sabun Nasional
Aku menatap lubang pembuangan dengan tatapan hampa. Seakan-akan aku baru saja kehilangan sahabat sejati yang sudah menemaniku selama tiga hari penuh.
Aku jongkok, lalu mengintip ke lubang itu.
Masih kelihatan! Sabunnya nyangkut di bagian pinggir! Ini adalah kesempatan! Operasi penyelamatan dimulai!
Hatiku ikut tenggelam.
Aku hampir menyerah. Tapi, sebagai manusia yang tidak ingin mandi hanya dengan air dan doa, aku bertekad mencari solusi kreatif.
Aku ambil hanger dari kamar, kujadikan alat pengait darurat. Ini adalah inovasi tingkat tinggi. Steve Jobs pun pasti bangga.
🤕 Episode 3: Karma Instan dari Lantai Licin
Saking girangnya karena berhasil menyelamatkan sabun, aku kembali berdiri dengan penuh percaya diri. Dan saat itu juga…
CEEEEESHHHHH!!!
Kakiku terpeleset.
Tubuhku meliuk dengan elegansi nol koma sekian, lalu terduduk dengan bunyi “GEDUBRAK” yang menggetarkan rumah.
Sumpah! Rasanya kayak jatuh dari tangga rumah mewah.
Aku terduduk di lantai, air menyembur dari shower, dan sabun... sabun itu kembali menggelinding menjauh.
Dia mengkhianatiku. Dua kali.
😂 Episode 4: Dipergoki Adik
Di tengah rasa nyeri, malu, dan sabun yang kembali kabur, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar mandi.
“Kak... Kak... Kenapa ribut banget sih? Kamu lagi jatuh ya?”
Itu suara adikku. Suara menyebalkan yang sangat ingin kupelintir, tapi saat ini aku tak berdaya.
Adikku ngakak dari luar pintu.
🙃 Episode 5: Akhir yang Penuh Pembelajaran
Akhirnya aku berhasil menyelesaikan mandiku. Walau setengah waktu kuhabiskan untuk menyelamatkan sabun, separuh lagi untuk mengurut pantat yang sakit.
Saat aku keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai dan aroma segar sabun (yang sudah kucurigai menyimpan dendam), adikku memandangiku dengan senyum menyeringai.
“Pahlawan sabun ya, Kak?”
💡 Hikmah dari Kisah Lucu Ini:
-
Sabun batang adalah benda kecil yang liciknya melebihi penipu pinjol ilegal.Jangan pernah meremehkannya.
-
Kamar mandi bukan tempat bermain jungkir balik.Lantai licin, harga diri bisa jatuh lebih dulu dari tubuhmu.
-
Kreativitas muncul saat kamu berada di bawah tekanan.Seperti saat harus menyelamatkan sabun dengan hanger baju.
-
Tertawakanlah dirimu sendiri.Karena hidup sudah cukup serius, kamu nggak perlu ikut-ikutan kaku.
📌 Penutup: Hidup Itu Kadang Receh, Tapi Nikmat Kalau Ditertawakan
Aku menulis ini bukan cuma untuk menghibur diriku sendiri (walau itu tujuannya juga sih), tapi juga buat kamu yang sedang merasa capek, stres, atau bosan dengan rutinitas. Percayalah, hidup itu banyak sisi lucunya. Kalau kamu berhenti sejenak dan menertawakan kejadian kecil di sekitarmu, rasanya akan lebih ringan.