Menunggu Banyu

Cerpen "Menunggu Banyu" Suara Aini yang memekik nyaring di gendang telinga mengawali hari liburku pasca berakhirnya Ujian Nasional.
Menunggu Banyu

"Apa?! Lo seriusan mau ngaku ke Banyu, Mbun? Lo kesambet jin darimana, Embuuun?"ltulah respon perdana Aini, sepupu sekaligus teman curhatku, ketika kuberitahu aku akan mendobrak norma umum yang berlaku, cowok yang semestinya menyatakan cinta lebih dulu.
"Dua tahun gue mencari momen yang tepat, Aini. Kurang sabar apa coba gue? Dan iya kalau Banyu ada rasa lebih ke gue dan bakal cerita. Kalau nggak?" sanggahku.
"Kalau nggak, berarti takdir lo sama Banyu itu memang sahabatan doang; balas Aini.
Pil pahit yang pertama. "Gue nggak suka ada hal yang nggak tersampaikan. Nggak bilang apa adanya itu sama aja gue bohong sama diri sendiri; 'jawabku.
"Dan sama aja lo mempertaruhkan persahabatan yang udah lo jalanin selama
ini. Lo rela?"
Menelan pil pahit ronde kedua. "Ya nggak juga sih, Ni. Tapi, tidakkah gue sebaiknya jujur? Pilihan gue toh hanya bertahan dalam diam atau lega karena tidak ada lagi beban:  "Gini deh, Em bun. Lo tau Banyu, kan?
Meskipun, mantan dia cuma dua, adakah salah satu dari mereka yang masih kontak dengan Banyu? Nope. None of them. Lo siap nggak kalau Banyu ntar malah jadi menjaga jarak? "
ltu tadi pil pahit nomor 3 yang menutup pembicaraanku dengan Aini.
Kerap kali aku ingin mengutuk diriku sendiri yang terjebak dalam situasi seperti ini. Rasa suka itu menyergapku tanpa aba-aba. Tiga tahun lalu, aku mengenal Banyu karena kecerobohanku.
Kala itu aku sedang menanti buku terbaru Dan Brown, penulis barat favoritku. Angels and Demons yang terpajang di etalase toko buku Ruang Baca menarik perhatianku dan memutuskan untuk membelinya. Saat dompetku kumasukkan kembali, restleting tasku lupa kututup. Bodohnya, aku baru sadar
dompetku hilang dari sesosok laki - laki tinggi berkacamata yang berkunjung ke rumahku. "Betul ini rumah Saras Embun?"
"lya, saya Em bun. Ada apa ya?" tanyaku polos. "Saya Banyu. Dompet kamu saya temukan di depan etalase Ruang Baca:'
Aku menelan ludah. Mencoba memahami keteledoranku.
"Ya ampun. Kalau kamu nggak datang ke rumahku, aku nggak akan tau kalau
dompetku hilang. Makasih banyak ya, Banyu:  "lya sama - sama. Maaf saya tadi buka dompet kamu tanpa izin. Saya mau lihat ada enggaknya alamat rumah kamu:
"Santai aja, Nyu, sekali lagi, makasih ya!"
Pertemuanku dengan Banyu rupanya tak berhenti sampai disitu. Kami sama - sama murid baru tapi tidak saling tahu karena angkatan kami ratusan jumlahnya. Saat itu aku sedang di perpustakaan dan Banyu ada 5 meter didepanku sedang meminjam buku. Akhirnya, 10 menit yang tersisa sebelum bel istirahat berakhir, kuhabiskan dengan mengobrol bersama Banyu. Senang rasanya bertemu sesama kutu buku.
Ketika bel berdering, rencana pergi ke pasar buku bekas bersama Banyu sudah tercatat di agendaku untuk Sabtu depan.
Persahabatanku dengan Banyu berjalan tanpa guncangan yang berarti. Perekatnya adalah obrolan tentang berbagai bahan bacaan, diskusi isu-isu kontemporer dan kepedulian kami berdua dengan lingkungan. Banyu adalah remaja laki - laki yang langka. Dia yang mengenalkanku dengan buku - buku Pramoedya Ananta Toer. la membawaku ke tempat - tempat baru yang memperluas wawasanku dan membuka mataku. Banyak yang mengira aku dan Banyu berpacaran karena kedekatan kami yang cukup mencolok. Kebiasaan kami menggunakan saya - kamu dalam percakapan sehari - sehari kian menguatkan persepsi tersebut. Namun, kami tak pernah memusingkan apa yang orang lain bilang. Buktinya di tahun kedua persahabatan kami, Banyu tidak lagi available. Temanku semasa SMP kukenalkan dengan Banyu saat kami secara tak sengaja bertemu di sebuah kafe di daerah Kemang adalah pacar pertamanya. Paras tampan yang ia dapat dari garis keturunan Tionghoa keluarga ayahnya, sukses menghipnotis temanku, Araya. Sejak saat itu lah frekuensi waktu luangku bersama Banyu mulai berkurang karena kini Banyu bukan lagi sahabatku namun juga pacar Araya. Namun, setelah 11 bulan, Araya akhirnya mengakhiri kebersamaannya dengan Banyu dengan dalih ingin fokus belajar di kelas 12. Aku mungkin salah satu dari sekian remaja putri dh, sekolahku yang turut berbahagia dengan berita single-nya Banyu. Lepas dari itu, kini perasaanku yang dihadapkan dengan pertanyaan, kapan berhenti mengingkari hati?'
Tiga minggu lagi, Banyu akan melanjutkan studi 5-1 nya ke jerman. Rencanaku untuk mengatakan Aku-suka-kamu ke sahabatku itu gagal total karena satuan km2 yang terbentang antara Asia dan Eropa menghantui pikiranku. Keberanian itu sekejap lenyap diikuti rasa percaya diri yang tiarap di tempat. Tanganku basah oleh keringan ding in. Deg up jantungku berantakan. Aku bahkan tak yakin bagaimana raut wajahku saat itu. Terminal 2D Soekarno -Hatta adalah saksi bisu betapa gugupnya aku. Latihan monolog di depan kaca yang sudah kusiapkan sejak H-7 keberangkatan Banyu pun berakhir sia - sia. Skenario Rangga - Onta yang berpelukan di bandara dalam film Ada Apa dengan Onta mutlak tidak berlaku di romansaku. Aku tidak punya cukup nyali untuk menerima risiko absennya Banyu dari duniaku karena perasaan yang tak sanggup kuredam.
tak sampai dua jengkal disebelahnya. Tak sabar, aku angkat bicara.
"Lagi ada yang penting ya di email kamu?"
"Ha ?"Yang ditanya balik bertanya.
"Aku tanya, ada email penting yang musti dijawab sekarang ya, sampai dari tadi kamu adanya sama iPhone terus'.' Nadaku naik setengah oktaf. Padahal, aku mati-matian menjaga nada suaraku agar terdengar biasa.
"Oh .. nggak kok. cuma baca timeline aja, lagi ada final Roma vs Milan nih;'jawabnya super santai. Oh .. jadi, gara-gara bola. Sela in Steve Jobs, fasilitas real-time yang disediakan jaringan sosial berlambang burung biru berkicau itu hampir saja aku sumpah serapahi. Namun lagi - lagi terhenti karena sebenarnya yang bermasalah bukan teknologinya, tetapi manusianya. Tidak tersedia lagi stok kesabaran, sindiran mautku terlontar.
"Kalau gini ceritanya, mending kamu nonton live di rumah, Banyu. Nggak perlu juga jauh - jauh kesini cuma buat scroll time-line, ngajak­ngajak aku lagi'.'
"Yah jangan ngambek dong. Masak hari pertama kita ketemu malah marahan. Yuk, jalan, kita cari makan. Maaf ya, Embun'.'
Rasa kesalku luluh karena ekspresi Banyu yang mencoba membujukku untuk tidak merajuk, masih sama seperti saat kami berseragam putih abu - abu. Oh tidak, kekagumanku belum mati.
Setelah memesan dua cangkir cokelat panas, obrolan pun dibuka oleh Banyu.
"Gimana kuliah kamu, Mbun?"
"Great. Aku dapat teman - teman yang nyambung dan dosen - dosen yang emang advanced di bidangnya. Sayangnya, belum ketemu yang se-book freak kamu, Nyu'.'
"Ngetem aja di perpustakaan. Kayak dulu kita ketemu. Hehehe ... ;' gelak Banyu diiringi senyum jenaka yang persis seperti 4,5 tahun lalu.
"Udah kali, Nyu. Perpus kampusku bukan cuma buat baca lho. Lebih mi rip mall malah. Ada gerai kopi, kedai makanan korea, toko buku juga ada. Jadi, meeting point anak - anak dari yang barbie-like sampai aktivis muda gitu, ada disana. Masa iya aku harus ngejatuhin dompet dulu baru ketemu kutu buku kaya kamu?" tanyaku.
"Udah 5 tahun yang lalu aja kejadian itu . Time flies ya, Mbun. Saya ingat banget, dompet kamu isinya tinggal selembar uang Rp 2000,00. Saya pikir karena uangnya tinggal segitu makanya kamu sengaja buang. Tapi, setelah lihat masih ada kartu pelajar kamu, nggak mungkin lah ya dompet dibuang sembarangan gitu, hahaha ... '.' Derai tawa yang sudah lama tak kudengar. Banyu, Banyu. Kamu pakai jampi - jampi apa sih, sampai hari ini pun aku masih bertahan dengan perasaan yang sama sejak SMA?
"Cieee, yang habis ketemuan sama Banyu'.' goda Aini kepadaku.
"Apaan sih, ketemuan biasa kali, Ni. Nggak ada obrolan khusus kok. Apalagi cerita ke Banyu kalau gue suka dia. Parah banget ya, gue suka orang kok awet banget. Baiknya gue ngaku kapan ya? Mumpung Banyu di Jakarta nih'.' tanyaku.
"Masih mau ngaku lo? Aduh, jangan deh Mbun. Pecah ntar konsentrasi dia belajar. Lo juga nanti malah sed:h berkepanjangan. Gue punya feeling yang jarang banget salah. Percaya sama gue. Tunggu dia selesai kuliah. Setelah itu terserah. Lo boleh ngaku atau bisa jadi Banyu dulu yang bakal klarifikasi. Kalian sahabatan udah lama banget dan secara fisik lo nggak jelek kali, Mbun."
"Dapat ilmu ramal darimana? Bisa - bisanya bilang Banyu someday bakal suka gue? Lama amat nunggu kita lulus kuliah dulu'.'
"Udah deh, Embun pagiku. Semua akan indah pada waktunya. Oke?"
Winter break Banyu sudah hampir selesai. Seharusnya ini bisa jadi kesempatanku untuk merealisasikan rencanaku yang tertunda dulu di Bandara. Namun, percakapan terakhirku dengan Aini semakin membuatku tidak ya kin untuk mengatakan yang sejujurnya. Sudahlah. Mungkin aku memang harus menunggu. Biar aku simpan sendiri, kunikmati tanpa harus kubagi. Mungkin akan kuceritakan isi hati ini ketika aku dan Banyu bukan lagi dalam format remaja, tetapi tatkala kami telah bertransformasi menjadi laki - laki dan perempuan dewasa.
Selamat belajar, Banyu. Dari kamu, aku menyadari sesuatu, if you love someone, learn to wait. If you're not meant to be together today, maybe one day you will be.
Post by desimasi.
Cerpen, Ekonomi, Gombalan, Remaja, Tips Kecantikan, Tips Kesehatan
DAFTAR ISI
  1. Tentang Remaja
  2. Tips Buat SMS Mesra yang tak terlupakan
  3. Cerpen "Purnama Pucat"
  4. Panggil Saya John!
  5. Kingston Rossdale "Berdandan Antimainstream"
  6. Cerpen "Pernikahan Koboi"
  7. Tips Menaklukan Hati Cewek Rumahan
  8. Pendeteksi 5 Kebohongan Wanita
  9. Gaya Rambut Remaja Pria Pendek Bawah
  10. Produk Kecantikan Selamat Digunakan
  11. Renungan Untuk Para Istri
  12. Menunggu Banyu
  13. Tips Menjerat Laki-laki Ganteng
  14. Galau Pasti Berlalu Karya Nadiawau.
  15. Panduan Lengkap Untuk Wanita
  16. Cara Menghindari Depresi dengan Mengenali Diri
  17. Gejala, Penyebab, Terapi, Pencegahan Depresi 
  18. Rahasia "Make Up" Tahan Lama
  19. Proses produksi yang dilakukan produsen pasti memerlukan biaya, besarnya biaya proporsional dengan banyak barang dan jasa yang dihasilkan
  20. Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan sudah jelas untuk mendapatkan laba (profit) atau dengan kata lain keuntungan
  21. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian selain produksi dan distribusi
  22. Pelaku ekonomi dalam sebuah perekonomian sebenarnya tidak hanya terdiri atas konsumen dan produsen
  23. Penawaran (supply) dan permintaan (demand) merupakan dua kekuatan utama yang menentukan harga
  24. Fungsi permintaan menggambarkan hubungan antara variabel harga (Price, P) dengan variabel jumlah barang yang diminta (Qd)
  25. Permintaan dengan harga memiliki hubungan yang sangat erat karena kekuatan permintaan
  26. Keseimbangan pasar (market equillibrium) terjadi pada tingkat harga dan jumlah barang dan jasa 
  27. Elastisitas harga penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan
  28. Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang penting
  29. Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
  30. Bank Indonesia berperan dalam membuat peraturan-peraturan yang mendukung kelancaran sistem pembayaran
  31. Benda-benda yang dijadikan sebagai alat pertukaran sebelum adanya Uang
  32. Wewenang Bank Indonesia Dalam Pengelolaan Alat Pembayaran
  33. Unsur Pengaman Uang Rupiah, Terbuka (overt), Semi tertutup (semicovert), Tertutup (covert/forensic)
  34. Pengelolaan Keuangan, Konsep Dasar Pengelolaan Keuangan, Pengertian Pengelolaan Keuangan
  35. Kegiatan Berinvestasi dalam Pengelolaan Keuangan
  36. Jenis dan Fungsi Bank sebagai Lembaga Keuangan
  37. Lembaga Jasa Keuangan dalam Perekonomian Indonesia
  38. Uang elektronik di Indonesia mulai berkembang
  39. Tips Kecantikan, Mencegah Penuaan Kulit Wajah, Menghaluskan Kulit, Lindungi Kulit dari Bahaya Sinar Matahari
  40. Hemat Waktu Menata Rambut dengan Blow Permanen
  41. Kata-kata Rayuan Gombal Bikin Baper 
  42. Kisah Perjalanan Kekampung lagi 
  43. Pastikan dokter dan staf medisnya sudah tersertifikasi, Perhatikan produk kecantikan yang diberikan, Mengenal kondisi klinik kecantikan
  44. Peran Pelaku Ekonomi, Kegiatan Ekonomi, Pengertian Produksi
  45. Novel "Yang hilang akan kalah dengan yang selalu ada"
  46. Hujan dan Jiwa Pemberani
  47. Budak Cinta Part I "I Hate You".
  48. Penyelamat dari korban-korban Tay